Kamis, 12 April 2012

konsep pendapatan dan metode perhitungan dalam pendapatan

1.jelaskan pengertian dan konsep pendapatan ?

pendapatan adalah pemasukkan yang diterima oleh suatu perusahaan dan penambahan aktiva dari apa yang dikeluarkan dan pendapatan diakui pada saat penjualan dan diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan.

Konsep pendapat itu sendiri ada 2 jenis  yaitu sebagai berikut:

1).konsep Pendapatan yang meusatkan pada arus masuk (inflow) aktivasebagai hasil dari kegiatan operasi perusahaan. Pendekatan inimenganggap pendapatan sebagai inflow of net asset.

2 ) Konsep Pendapatan yang memusatkan perhatian kepada penciptaan barangdan jasa serta penyaluran konsumen atau produsen lainnya, jadi pendekatan ini menganggap pendapatan sebagai outflow of good andservices

 

2. Apa yang anda ketahui tentan metode perhitungan pendapatan nasional ?

Ada 3 metode dalam penghitungan pendapatan nasional.
1. Pendekatan Produksi
2. Pendekatan Penerimaan
3. Pendekatan Pengeluaran

  • Pendekatan produksi merupakan pendapatan yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan sesuatu. Pendekatan ini memiliki kelemahan yaitu munculnya double counting atau penghitungan ganda.Pendekatan produksi bisa dicari dengan Yield = (P1 x Q1)+(P2 x Q2)+...(Pn x Qn)
  • Pendekatan Pengeluaran merupakan penghitungan pendapatan dengan melihat pengeluaran yang dilakukan oleh pelaku ekonomi yaitu rumah tangga konsumsi, rumah tangga perusahaan dan Pemerintah. Pendekatan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Y=C+I+G (X-M)
Ket:
Y=Yield
C=Consumption
I=investment
G=Government Expenditure
X=Expor
M=Import

  • Pendekatan pendapatan (PN/NI)merupakan pendekatan yang mengarah pada penerimaan atas penggunaan faktor-faktor produksi. pendekatan ini dapat dirumuskan:

Y=r+w+i+p
ketrangan:
Y=Yield
r=rent
w=wage
i=interest
p=profit
 

3.Apa saja masalah-masalah dari dari keterbatasan dalam perhitungan PDB ?

Manfaat dan Keterbatasan Perhitungan PDB

a.   Perhitungan PDB dan Analisa Kemakmuran

Perhitungan PDB akan memberikan gambaran ringkas tentang tingkat kemakmuran suatu negara, dengan cara membaginya dengan jumlah penduduk (disebut PDB per kapita). Menurut PBB, sebuah negara dikatakan miskin bila PDB per kapitanya lebih kecil daripada US$ 450,00. Berdasarkan standar ini, maka sebagian besar negara-negara di dunia adalah negara miskin. Suatu negara dikatakan makmur/kaya bila PDB perkapita lebih besar daripada US$ 800.

Kelemahan dari pendekatan di atas adalah tidak memperhatikan aspek distribusi pendapatan. Akibatnya angka PDB per kapita kurang memberikan gambaran rinci tentang kondisi kemakmuran suatu negara.

b. Perhitungan PDB dan Masalah Kesejahteraan Sosial

Umumnya ukuran tingkat kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan, kesehatan dan gizi, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan yang lebih baik. Ada hubungan yang positif antara tingkat PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial. Makin tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin membaik. Hubungan ini dapat dijelaskan dengan menggunakan logika sederhana. Jika PDB per kapita mkin tinggi, maka daya beli masyarakat, kesempatan kerja serta masa depan perekonomian makin membaik. Sehingga gizi, kesehatan, pendidikan, kebebabasan memilih pekerjaan dan jaminan masa depan, kondisinya makin meningkat. Tapi dengan catatan, peningkatan PDB per kapita disertai perbaikan distribusi pendapatan.

c. PDB Per Kapita dan Masalah Produktivitas

Untuk memperoleh perbandingan produktivitas antar negara, ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan:

1)         Jumlah dan komposisi penduduk : Bila jumlah penduduk makin besar, komposisi-nya sebagian besar adalah penduduk usia kerja (15-64 tahun) dan berpendidikan tinggi (> SLA), maka tingkat output dan produktivitasnya dapat makin baik.

2)        Jumlah dan struktur kesempatan kerja :

Jumlah kesempatan kerja yang makin besar memperbanyak penduduk usia kerja yang dapat terlibat dalam proses produksi. Tetapi komposisi kerja pun mempengaruhi tingkat produktivitas. Sekalipun kesempatan kerja sangat besar, tetapi semuanya adalah kesempatan kerja sektor pertanian, produktivitas pekerja juga tidak tinggi. Sebab sektor pertanian umumnya memiliki nilai tambah yang rendah. Jika kesempatan kerja yang dominan berasal dari sektor kegiatan ekonomi modern (industri dan jasa), maka output per pekerja akan relatif tinggi, karena nilai tambah kedua sektor tersebut amat tinggi.

3)         Faktor-faktor nonekonomi :

Yang tercakup dalam faktor-faktor nonekonomi antara lain etika kerja, tata nilai, faktor kebudayaan dan sejarah perkembangan. Jepang pantas menjadi negara yang produktif sebab selain jumlah penduduk yang banyak, berpendidikan tinggi dan umumnya bekerja di sektor modern, mereka juga memiliki etika kerja yang baik, menjujung tinggi kejujuran dan penghargaan tergadap senior. Dan Jepang juga merupakan negara yang selama kurang lebih 3.000 tahun terus menerus membangun dirinya menjadi bangsa modern, walaupun pembangunan ekonomi modernnya baru dimulai dua abad yang lalu.

d. Penghitungan PDB dan Kegiatan-kegiatan Ekonomi Tak Tercatat (Underground Economi)

Angka statistik PDB Indonesia yang dilaporkan oleh Badan Pusat Statistik hanya mencatat kegiatan-kegiatan ekonomi formal. Karena itu, statistik PDB belum mencerminkan seluruh aktivitas perekonomian suatu negara. Misalnya, upah pembantu rumah tangga di Indonesia tidak tercatat. Begitu juga dengan kegiatan petani buah yang langsung menjual produknya ke pasar.

Di negara-negara berkembang, keterbatasan kemampuan pencatatan lebih disebabkan oleh kelemahan administratif dan struktur kegiatan ekonomi masih didominasi oleh kegiatan pertanian dan informal. Tetapi di negara-negara maju, kebanyakan kegiatan ekonomi yang tak tercatat disebabkan oleh karena kegiatan tersebut merupakan kegiatan ilegal atau melawan hukum. Padahal, nilai transaksinya sangat besar. Misalnya, kegiatan penjualan obat bius dan obat-obat terlarang lainnya.

 

1 komentar:

  1. Apa perbedaan dari ketiga pendekatan tersebut dan mengapa perhitungan pendapatan nasional harus dilakukan dengan tiga pendekatan tersebut bukan salah satu saja yang digunakan ?

    BalasHapus